JAKARTA,iDoPress - Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan,bubarnya organisasi kelompok teroris Al-Jamaah Al-Islamiyah atau yang dikenal dengan sebutan Jamaah Islamiyah (JI) bisa dipandang sebagai pergeseran era dalam melawan aksi teror.
Pergeseran yang dimaksud,menurut dia,dari perang melawan teror menjadi perang melawan radikalisasi dan intoleransi.
"Mungkin eranya bergeser dari War on Terrorism menjadi perang pemikiran melawan radikalisme dan intolerasi,” kata Harits Abu Ulya kepada Kompas.com,Senin (8/7/2024).
Pasalnya,dia menilai,eksistensi dari kelompok teroris yang masih ada saat ini,seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan kelompok Negara Islam di Iraq dan Suriah (NIIS) atau Islamic State in Iraq and Syiria (ISIS) sudah tidak cukup solid.
Baca juga: Jamaah Islamiyah Bubar,Nyatakan Kembali ke Pangkuan NKRI
"Kisah ISIS sudah tidak relefan,demikian juga JAD. Eksistensi mereka tidak solid dan para anggota atau simpatisan yang terdiaspora tidak mampu menjaga eksistensi JAD atau ISIS,” ujarnya.
Oleh karena itu,Harits mengatakan,era melawan terorisme bergeser menjadi perang melawan radikalisasi dan intolerasi melalui soft approach atau pendekatan lunak kepada para mantan anggota hingga simpatisan JI.
Selain itu,pendekatan juga harus dilakukan kepada anggota dan simpatisan JAD serta ISIS.
Lebih lanjut,Harits menyebut,sebelum pernyataan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh para pentinggi atau amir JI,sudah ada dialog internal yang difasilitasi oleh Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Polri
Atas dasar itu,dia meyakini bahwa pembubaran JI oleh para pentingginya sendiri merupakan hasil dari pendekatan soft approach aparat yang memiliki pengaruh signifikan.
Baca juga: Jamaah Islamiyah Bubar,Berikut Jejak Teror Bom Terbesar yang Didalangi di Indonesia
Kemudian,Harits menegaskan bahwa pemerintah harus sigap merespons bubarnya kelompok terorisme yang bertanggung jawab atas peristiwa Bom Bali I dan II itu dengan merangkul para mantan anggota JI.
“Pemerintah sebaiknya bersikap ramah dan merangkul,karena sikap petinggi JI itu positif. Tinggal dikonstruksi langkah-langkah positifnya untuk kebaikan NKRI dari para mantan anggota dan simpatisan JI itu seperti apa,” katanya.
Dia menilai,pemerintah harus hadir terutama pada unit-unit pendidikan yang dikelola mantan JI atau yang dulunya berafialiasi dengan JI. Sehingga,ke depannya tidak muncul produk-produk yang kontraproduktif di tengah-tengah kehidupan sosial politik bermasyarakat.
Sebab,menurut Harits,pendidikan tetap harus berjalan. Tetapi,tetap disesuaikan dan terintegrasi dengan sistem yang berlaku di Tanah Air.
Baca juga: Jamaah Islamiyah Bubar,Aksi Terorisme di Indonesia Berakhir?
Sebagaimana dikutip dari Kompas.id,empat tokoh yang pernah menjadi pemimpin tertinggi atau amir JI menandatangani pernyataan pembubaran organisasi kelompok terorisme tersebut pada 30 Juni 2024.
Keempatnya adalah Abu Rusdan,Para Wijayanto,Zarkasih,dan Abu Dujana.
Jelajahi konten kami yang dikuratori, tetap mendapat informasi tentang inovasi inovatif, dan perjalanan ke masa depan sains dan teknologi.
© Teknologi aplikasi cerdas
Kebijakan pribadi